Kesuksesan yang Menyublim


imagesKebanyak dari kita mengganggap keuntungan berlipat ganda serta melimpahnya harta kekayaan, aset dan banyaknya cabang yang berkembang menjadi standar kesuksesan. Bahkan sering kali masuk kedalam nominasi terkaya atau terpopuler setingkat kecamatan atau bahkan internasiobal menjadi acuan dan tolak ukur kesuksesan.

Lebih jauh jika kita renungkan dan mengalihkan dalam pandangan syari’at islam, tentunya sukses bukan sebagaimana yang kita definisikan diatas, melainkan kita harus benar-benar menikmati kesuksesan tersebut(maksudnya tidak sibuk/diperbudak oleh kriteria diatas). Betapa banyak orang yang sesuai dengan kriteria (sukses) namun hatinya ternyata gersang karena tak pernah menikmati kesuksesannya sehingga terasa pahit, getir dalam derita kemudian berakhir dengan tragis, naudzubillah. Sebagaimana yang Alloh ceritakan dalam Al-Qur’an mengenai umat-umat sebelum kita yang sedemikian Alloh karuniai kelimpahan rizki, keilmuan yang tinggi dan kemudahan urusan dunia namun ternyata semua hancur dengan kekuatan dan kekuasaan Alloh, “jadi, maka terjadilah”.

“Apakah mereka tidak memperhatikan …” (QS Muhammad [47]: 24)

“… Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?”” (QS Al-An’am [6]: 50)

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS Al-Jatsiyah [45]: 13)

Bagi Alloh begitu mudahnya menjadikan yang ada menjadi tidak ada, begitu pula sebaliknya, maasya Alloh la quwata ila billah. Sebagaimana kita mendapati kapur barus (kamper) dengan wanginya yang menyengat, yang  kemudian menyublim oleh kekuasaan Alloh melalui angin, fuuuuh… hancur, kemudian hilang.

Al-Adab Qoblal Ilm


Guru/pendidik berperan penting dalam lahirnya generasi-generasi terbaik dari sisi ilmu yang tentunya prilaku-prilaku yang lahir dari pendidikan itu sendiri akan berpengaruh pada peserta didiknya. Maka harusnya tiap pendidik berperan sebagai teladan agar tercapai apa yang menjadi tujuan dari pendidikan. Dalam hal ini ada yang tidak boleh terlewatkan sebelum penyampaian ilmu yaitu al-adab qoblal ilm atau “adab itu sebelum ilmu”. Continue reading

Hati – Hati dengan `Salam`


Mungkin karena kesibukan, diantara kita sering menyingkat ucapan “salam” yang arti awalnya doa keselamatan justru menjadi “cacian” dan kata “jorok”. Lho bagaimana bisa?

Hidayatullah.com–Ucapan ”Assalamu’alaikum”, merupakan anjuran agama, dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan umat beragama, dengan salam dapat menjalin persaudaraan dan kasih sayang, karena orang yang mengucapkan salam berarti mereka saling mendo’akan agar mereka mendapat keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kalian tak akan masuk surga sampai kalian beriman dan saling mencintai. Maukah aku tunjukkan satu amalan bila dilakukan akan membuat kalian saling mencintai? Yaitu, sebarkanlah salam di antara kalian.” [HR Muslim dari Abi Hurairah]

Saya seringkali menerima sms atau e-mail dari beberapa kawan dan juga beberapa ustadz yang mengawali salamnya dengan singkatan. Singkatannya pun macam-macam. Ada yang singkat seperti “Asw” atau “Aslm”. Ada yang sedikit lebih panjang seperti ; “Ass Wr Wb” atau “Aslmwrwb” . Namun yang sering saya dapatkan, adalah singkatan “Ass”. Singkatan terakhir ini paling umum dan paling sering digunakan. Bagi saya, ini adalah singkatan yang tidak enak untuk dibaca, terlebih kalau mengerti artinya.

Marilah kita simak singkatan ini. Dalam kamus linguistik yang saya punya, arti dari kata Ass yang berasal dari bahasa Inggris itu adalah sebagai berikut;

“Ass” berarti: Pertama, kb. (animal) yang artinya keledai. Kedua, orang yang bodoh. Don’t be a silly (Janganlah sebodoh itu). Dan ketiga, Vlug (pantat). Continue reading